Mazmur 118 : 1 - 2 ; 14 - 28
Kenapa kita
harus menghabiskan banyak waktu untuk datang ke Gereja, berdoa memuji dan menyembah Tuhan? Kalau memang Tuhan
mengasihi umatNya, kenapa Tuhan harus berinkarnasi menjadi Manusia
dan harus mati di Kayu Salib? Menurut logika pemikiran manusia, pasti akan
menjadi tidak masuk akal apabila kita melihat sesungguhnya kuasa Tuhan (yang
absolut) menjadi tidak berdaya di kayu salib. Namun, kalau logika pemikiran ini
kita balikkan dengan membayangkan bahwa Dia menggunakan kekuataanNya untuk
selamat dari penderitaan di Kayu Salib seperti yang dikatakan orang banyak
ketika Yesus mau disalibkan, "Hai
Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya
kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah,
turunlah dari salib itu!"(Lih. Mat. 27: 40). Adakah jaminan
seandainya Yesus melakukan itu maka manusia mau dengan sepenuh hati akan
menyembah Dia? Jawabannya pasti belum tentu mau.
Penderitaan
Yesus dan kematianNya bukanlah ditafsirkan sebagai suatu kebodohan atau hal
yang sia-sia, ataupun ketidak mampuan untuk selamat dari penderitaan. Sama
halnya dengan Pemazmur yang melukiskan umat yang diserang oleh musuh seperti
lebah (Lih. Mzm. 118:12). Ini
mengingatkan kita akan penyerangan bangsa Amori terhadap umat Israel (Band.Ul. 1:44). Bangsa Amori menyerang
dalam jumlah yang begitu banyak seperti lebah, sehingga umat Israel kalah (Lih. Mzm. 118:13). Umat didorong sampai
jatuh dan terinjak sehingga tidak dapat bangkit lagi. Kini Tuhan menolongnya.
Allah menyelamatkan mereka di saat yang paling kritis. Pengalaman inilah yang
melahirkan nyanyian pengakuan iman umat, sehingga umat berkata: ”TUHAN itu
kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku” (Lih. Mzm. 118:14). Tuhan tampil sebagai kekuatan: עז (`oz), dan mazmur: זמרה (zimrah), sehingga Allah menjadi sang
penyelamat (yĕshuw`ah).
Di saat umat
Israel menderita dan tidak memiliki harapan akan pertolongan, di situlah Allah
berkarya menyelamatkan mereka secara ajaib. Nyatalah “Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan” (Lih. Mzm. 118:15). Tujuan karya keselamatan Allah dengan menderita
dan mati di Kayu Salib adalah untuk menyatakan bahwa Dialah Sang pemberi
kehidupan dan agar umat menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN (band. Mzm. 118:17). Keselamatan dan
pertolongan Allah harus dideklarasikan oleh umat agar seluruh umat manusia juga
mengalami pengalaman yang sama. Pengalaman dalam setiap kehidupan terutama
ketika mengalami tekanan dan cobaan di dalam kehidupan.
Karya keselamatan
Allah mendorong umat percaya untuk mengucap syukur sama seperti ketika ‘seorang janda miskin’ yang tidak memberi
dari kelimpahan yang dia miliki tetapi memberi dengan sepenuhnya yang didorong
pada keiklasan hati. (Lih. Luk. 21:3
- 4). Pergumulannya sebagai seorang janda dan harus menerima kenyataan hidup
berkekurangan (miskin), dia merasa bukanlah suatu hal bodoh dan sia-sia memberi
apa yang dia miliki kepada Tuhan. Karena dia berpikir dalam segala kekurangan
yang dia miliki, Tuhan selalu ada dan hadir menjadi kekuatan dalam hidupnya. Dalam
rangka Paskah yang kita peringati hari ini, kita mengucap syukur bahwa Allah
menyatakan kasihNya kepada kita dengan kebangkitan Yesus dari kubur. Kebangkitan Yesus memberikan kepastian
bahwa alam maut tidak lagi menguasai orang-orang yang percaya kepada Yesus. Ia
telah menjadi keselamatan bagi kita. Amin.
SELAMAT PASKAH bagi kita semua. ---St. RAY---