Kamis, 24 Maret 2016

Ia Telah Menjadi Keselamatanku


Mazmur 118 : 1 - 2 ; 14 - 28

Kenapa kita harus menghabiskan banyak waktu untuk datang ke Gereja, berdoa memuji dan menyembah Tuhan? Kalau memang Tuhan mengasihi umatNya, kenapa Tuhan harus berinkarnasi  menjadi  Manusia dan harus mati di Kayu Salib? Menurut logika pemikiran manusia, pasti akan menjadi tidak masuk akal apabila kita melihat sesungguhnya kuasa Tuhan (yang absolut) menjadi tidak berdaya di kayu salib. Namun, kalau logika pemikiran ini kita balikkan dengan membayangkan bahwa Dia menggunakan kekuataanNya untuk selamat dari penderitaan di Kayu Salib seperti yang dikatakan orang banyak ketika Yesus mau disalibkan, "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!"(Lih. Mat. 27: 40). Adakah jaminan seandainya Yesus melakukan itu maka manusia mau dengan sepenuh hati akan menyembah Dia? Jawabannya pasti belum tentu mau.
Penderitaan Yesus dan kematianNya bukanlah ditafsirkan sebagai suatu kebodohan atau hal yang sia-sia, ataupun ketidak mampuan untuk selamat dari penderitaan. Sama halnya dengan Pemazmur yang melukiskan umat yang diserang oleh musuh seperti lebah (Lih. Mzm. 118:12). Ini mengingatkan kita akan penyerangan bangsa Amori terhadap umat Israel (Band.Ul. 1:44). Bangsa Amori menyerang dalam jumlah yang begitu banyak seperti lebah, sehingga umat Israel kalah (Lih. Mzm. 118:13). Umat didorong sampai jatuh dan terinjak sehingga tidak dapat bangkit lagi. Kini Tuhan menolongnya. Allah menyelamatkan mereka di saat yang paling kritis. Pengalaman inilah yang melahirkan nyanyian pengakuan iman umat, sehingga umat berkata: ”TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku” (Lih. Mzm. 118:14). Tuhan tampil sebagai kekuatan: עז (`oz), dan mazmur: זמרה (zimrah), sehingga Allah menjadi sang penyelamat (yĕshuw`ah).
Di saat umat Israel menderita dan tidak memiliki harapan akan pertolongan, di situlah Allah berkarya menyelamatkan mereka secara ajaib. Nyatalah “Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan” (Lih. Mzm. 118:15). Tujuan karya keselamatan Allah dengan menderita dan mati di Kayu Salib adalah untuk menyatakan bahwa Dialah Sang pemberi kehidupan dan agar umat menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN (band. Mzm. 118:17). Keselamatan dan pertolongan Allah harus dideklarasikan oleh umat agar seluruh umat manusia juga mengalami pengalaman yang sama. Pengalaman dalam setiap kehidupan terutama ketika mengalami tekanan dan cobaan di dalam kehidupan.
Karya keselamatan Allah mendorong umat percaya untuk mengucap syukur sama seperti ketika ‘seorang janda miskin’ yang tidak memberi dari kelimpahan yang dia miliki tetapi memberi dengan sepenuhnya yang didorong pada keiklasan hati. (Lih. Luk. 21:3 - 4). Pergumulannya sebagai seorang janda dan harus menerima kenyataan hidup berkekurangan (miskin), dia merasa bukanlah suatu hal bodoh dan sia-sia memberi apa yang dia miliki kepada Tuhan. Karena dia berpikir dalam segala kekurangan yang dia miliki, Tuhan selalu ada dan hadir menjadi kekuatan dalam hidupnya. Dalam rangka Paskah yang kita peringati hari ini, kita mengucap syukur bahwa Allah menyatakan kasihNya kepada kita dengan kebangkitan Yesus dari kubur. Kebangkitan Yesus memberikan kepastian bahwa alam maut tidak lagi menguasai orang-orang yang percaya kepada Yesus. Ia telah menjadi keselamatan bagi kita. Amin.
SELAMAT PASKAH bagi kita semua.                                           ---St. RAY---

Warta Jemaat 270316