Jumat, 26 Februari 2016

Warta Minggu 280216

Warta Jemaat HKBP Jatisampurna
Minggu Okuli, 28 Februari 2016














Kamis, 25 Februari 2016

Carilah Tuhan



Yesaya 55:1-9

 
Saudara2, sekarang kita berada pada minggu Okuli. Apa artinya Okuli? Kalau kita baca di acara yang kita pegang disana tertulis Okuli memiliki arti “Mataku tetap terarah pada Tuhan”. Siapa yang mengucapkan ini, dia adalah seorang Pemazmur, dia seorang percaya yang selalu mengandalkan Tuhan. Sesungguhnya beginilah sikap hidup orang beriman. Meskipun banyak mengalami penderitaan, godaan, kesulitan bahkan sekalipun kematian telah menantinya, dia tetap mengarahkan pandangnya kepada Tuhan. Situasi hidup bisa berubah-ubah, tetapi iman kepada Kristus tidak boleh berubah. Minggu Okuli ini sedang mengingatkan, kemana arah hidup kita selama ini, apakah kepada harta duniawi, kepada kenikmatan yang ditawarkan, ataukah kepada pengejaran usaha yang sia-sia, atau apa. Tetapi minggu ini mengingatkan kita, tetaplah mengarahkan hidup kepada Tuhan. Apa artinya mengarahkan hidup pada Tuhan? Seluruh harapan, cita-cita dan doa kita harus selalu tertuju pada Tuhan, sukacita dan kebahagiaan kita juga harus selalu berkenan di hadapan Tuhan, bahkan tidak itu saja di saat beban hidup menimpa, pergumulan datang menghadang, cobaan datang menerpa, dukacita silih berganti dengan penderitaan, dalam situasi itupun arah hidup kita haruslah tetap kepada Kristus, sebab hanya dari Dia sajalah kita mendapatkan pertolongan pertama dan untuk selamanya
 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!"  (Yesaya 55:6).
Renungan kita hari ini mengingatkan kita agar tidak menyia-nyiakan waktu.  Kesempatan yang ada mari kita gunakan untuk terus menerus mencari Tuhan.  Mencari Tuhan adalah sebuah keputusan penting bagi orang percaya, terlebih saat kita berada dalam situasi-situasi yang sulit.  Ketika jalan yang kita tempuh terbentur tembok yang tebal alias jalan buntu, sedangkan berbagai upaya telah kita lakukan dan kesemuanya berujung kepada kegagalan, tiada jalan lain selain kita harus datang kepada Tuhan dan mencari wajahNya.  Mencari Tuhan berarti menyadari akan keterbatasan dan ketidakberdayaan kita, lalu dengan penuh kerendahan hati mencariNya. Mencari Tuhan juga berarti Berharap dan Mengandalkan Dia saja.
      Mengapa kita harus mencari Tuhan?  Karena Dia adalah sumber pertolongan sejati.  Sementara segala hal yang ada di dunia ini tak bisa memberikan jawaban dan jaminan yang pasti bagi kita.  Karena itu jangan sekali-kali kita menggantungkan harapan pada uang, kekayaan, jabatan, pengalaman, kepintaran atau kemampuan, semuanya adalah sia-sia.  Gantungkan harapan sepenuhnya kepada Tuhan sebab Dia selalu punya jalan ajaib untuk menolong kita.  Dia tidak pernah kehabisan cara melepaskan kita dari berbagai masalah.  "Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu."  (Yesaya 55:9).  Apa yang didapatkan bila bersungguh hati mencari Tuhan?  "...kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali!"  (Yesaya 55:9).  Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, w  maka kamu akan hidup! x  Aku hendak mengikat perjanjian y  abadi dengan kamu, menurut kasih setia z  yang teguh yang Kujanjikan kepada Daud (Yesaya 55:3).  Sendengkan artinya mendengar dan memperhatikan baik-baik. Dalam beribadah hati kita hrs terpusat pd Firman Tuhan. Mendengar, memperhatikan dan melakukannya dlm kehidupan sehari2. Niscaya kita hidup dan diberkati jasmani dan rohani
Juga melalui nabi Amos Tuhan mengingatkan bangsa Israel agar mereka mencari Dia,  "Carilah Aku, maka kamu akan hidup!"  (Amos 5:4, 6a). 
Perjalanan hidup bangsa Israel hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini.  Ketika mereka mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh ada keamanan, perlindungan dan kemenangan.  Namun, ketika mereka meninggalkan Tuhan, berkompromi dengan dosa dan mencari pertolongan kepada ilah lain, kekalahan demi kekalahan harus mereka alami.

"Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya Tuhan."                                                --- St.KHS ---

Kamis, 18 Februari 2016

Warta Gereja 210216

Warta Gereja
Minggu Reminiscere 21 Pebruari 2016












Teladan Bagi Semua Orang

Filipi 3: 17 - 4:1

Rasul Paulus menekankan agar jemaat Filipi dapat hidup bersatu dan berperilaku seperti Kristus di dalam segala hal. Karena Paulus melihat banyak orang percaya hidup sebagai seteru salib Kristus karena mereka hanya mencari keuntungan yang menyenangkan dirinya sendiri. Tindakan tersebut berlawanan dengan Kristus yang rela menderita bagi orang lain. Mereka hanya terfokus untuk mengejar pada apa yang tampak yang dapat membanggakan diri sendiri dan duniawi. Paulus sendiri telah menjadi teladan didalam perjuangannya untuk mendapatkan hadiah yaitu panggilan sorgawi. Paulus berusaha untuk mengejarnya dengan cara melupakan apa yang telah dibelakangnya dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapannya.

Menjadi Teladan bagi semua orang. Mari kita simak dulu cerita ini. Seorang ibu membawa anaknya mendatangi Mahatma Gandhi. Ibu ini bercerita bahwa anaknya suka sekali makan permen. Untuk itu, dia minta bantuan Bapak bangsa India ini supaya menasihati anak ini agar menghentikan kebiasaannya yang buruk itu. “Tunggulah dua minggu lagi. Datanglah ke sini lagi sambil membawa anak ibu," pinta Gandhi. Ibu ini heran, mengapa harus menunggu dua minggu lagi. Bukankah Gandhi bisa saja langsung memberi nasihat? Meski heran, ibu ini menuruti saja. Dua minggu kemudian, ibu dan anaknya datang. Gandhi langsung menasihati anak itu. Sang ibu mengucapkan terimakasih. Sebelum pamit, ibu itu masih penasaran mengapa dia harus menunggu dua minggu. "Selama dua minggu ini, saya berusaha menghilangkan kebiasaan buruk saya. Soalnya, saya juga gemar makan permen," jawab Gandhi.

Menjadi teladan itu memang susah. Sebab perbuatan, kelakuan dan sifat kita layak ditiru atau baik untuk di contoh. Seorang pemimpin lebih dihormati kalau dia bisa menjadi teladan. Dalam kehidupan keseharian kita, jangan dilupakan juga bahwa kita sendirilah yang menjadi model itu … Bila kita sudah menjadi orang tua, maka kehidupan kita akan menjadi model yang paling pertama di lihat oleh anak-anak.

Tetapi apa jadinya bila kita menjadikan teladan / model dalam kehidupan kita itu adalah yang seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam ayat 18-19? Bencana! Biasanya meniru kejahatan itu dua kali lebih mudah dari berbuat baik. Teladan buruk itu seteru Yasus , pikirannya hanya tertuju kepada perut atau kebutuhan jasmani saja. Bahkan secara terang-tarangan mereka tidak lagi merasa malu dengan perbuatannya yang jahat. Memberikan teladan yang buruk kepada orang banyak melalui media televisi misalnya seperti yang terjadi di Negara ini. Orang baik dan jujur malah berusaha untuk disingkirkan.

Sebab itu, seperti yang dikatakan dalam Amsal 13:20 , bergaul dengan orang bijak, menjadi bijak, sebaliknya berteman dengan orang bebal menjadi  malang. Kita perlu bijaksana dalam menjalani hidup ini. Hendaklah hidup kita menjadi terang dan garam juga  membuat suatu perubahan yang baik bagi orang lain. Paulus menyampaikan teladan yang baik, begitu juga kita harus menjadi teladan baik dalam perkataan maupun perbuatan.                                --zs--


Jumat, 12 Februari 2016

Warta Gereja 140216

Warta Gereja 
HKBP Jatisampurna
Minggu Invocavit 14 Februari 2016
===================================












Kamis, 11 Februari 2016

Mensyukuri Dan Mempersembahkan Buah Pekerjaan



Ulangan 26 : 1- 11
============= 
Allah telah ‘membimbing’, ‘memimpin’, ‘menuntun’ umatNya di padang gurun, inilah pengalaman-pengalaman bangsa Israel. Karena kuasa perbuatan-perbuatan Allah di Mesir dan di padang gurun, dan mengingat peristiwa-peristiwa inilah maka Israel dilahirkan sebagai ‘umat Allah. Sebagai umat Allah, bangsa Israel di perintahkan untuk mempersembahkan buah pekerjaan mereka sebagai ucapan syukur kepada Tuhan. Disaat mempersembahkan korban kepada Allah, bangsa Israel membacakan kembali peristiwa yang di alami bersama Tuhan dan ini disebut ‘credo kecil’ (Ul. 6 & 26). Peristiwa yang sangat berpengaruh dalam ibadah Israel dan disebut hal yang ‘priorita’ atau utama bagi kepercayaan Israel yaitu pokok-pokok yang berkenaan dengan ‘kelahiran Israel’.
Dalam rencana Allah untuk menyelamatkan manusia, Allah mengikut sertakan manusia di dalam pekerjaanNya. Di mana manusia itu ‘membuat kemah suci’, ‘manusia melayani sebagai imam’ dan ‘manusia mempersembahkan korban’. Kegiatan-kegiatan manusia dalam mempersembahkan korban jangan dipandang sebagai peristiwa biasa atau sebagai suatu kewajiban agama. Peristiwa ini menjadi contoh atau teladan kepada angkatan-angkatan yang akan datang, terserah  bagaimana cara kewajiban itu harus ditunaikan di sepanjang masa. Peristiwa mempersembahkan korban yang pertama adalah oleh Harun dan anak-anaknya, sebagai permulaan dilakukan di kemah suci.
Tentang persembahan disebutkan dalam Alkitab bahwa ada :

  • Persembahan yang berkenan di hadapan Allah. Allah berkenan kepada persembahan bila, kita hidup kudus di hadapan Tuhan dan melakukan kehendakNya  (Yeh 20 : 40-41, 43:27, Yes 56 : 7)
  • Persembahan yang tidak berkenan di hadapan Allah. Allah tidak berkenan kepada persembahan bila, kita tidak hidup kudus di hadapanNya, tidak mendengarkan perkataanNya (Yer. 6 : 20), berbalik dari Tuhan (Yer. 14 : 10, 12), melupakan Tuhan dan menciptakan tuhan yang lain  atau berhala (Hos. 8 : 13), mempersembahkan persembahan yang tidak pantas, misalnya  dalam ibadah Israel itu mempersembahkan binatang yang sakit, timpang, buta itu sama dengan menghina namaNya (Mal. 1 : 6-14).

Arti dari memberikan persembahan adalah Tuhan sendiri berkenan untuk membiarkan diriNya dicari dan suka bertemu dengan umatNya yang meminta pertemuan itu dengan mempersembahkan korban. Apakah yang sebenarnya terjadi apabila Allah menerima permintaan umatNya  berupa persembahan korban? Allah sendiri ‘mengadakan’ atau ‘memberi’ pendamaian dan mengampuni umatNya. Bagi korban persembahan yang diterima oleh Allah maka orang tersebut akan menerima pengampunan. Allah mendengarkan doa umatNya dengan sukarela, hubungkan dengan minggu kita hari ini yaitu “Invocavit” : Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab. Dengan cara bagaimanakah kita berdoa atau berseru kepadaNya, yang pasti dan harus di dalam nama Tuhan Yesus Kristus sebagai korban dari ‘pendamaian’ itu. Yesus adalah contoh ‘korban persembahan sebagai buah sulung Allah’ yang telah memperdamaikan kita dengan Allah.
Hanya dengan percaya kepada Tuhan Yesus maka dosa diampuni, kita akan diselamatkan dan beroleh kehidupan yang kekal (bnd. Roma 10 : 8b-13). Persembahkanlah korban yang baik di hadapan Allah dengan penuh kekudusan dan penuh ucapan syukur. Segala pikiran kita terpaut kepada Tuhan dan bukan yang lain. Amin                                                                              
----chs----

Kamis, 04 Februari 2016

Warta Gereja 070216

Warta Gereja HKBP Jatisampurna
Minggu Estomihi
07 Februari 2016